UPACARA ADAT KEAGAMAAN
A. Upacara Ngirab/Rebo Wekasan
Upacara ini
ditandai dengan berziarahnya masyarakat setempat ke makam Sunan Kalijaga, yang
dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar, karena waktu tersebut
dianggap hari yang paling baik untuk menghilangkan bencana dan kemalangan dalam
hidup manusia. Setelah upacara selesai, dilanjutkan dengan berbagai
pertandingan seperti lomba mendayung dan sebagainya. Upacara ini biasa
dilaksanakan di sungai Drajat, Kota Cirebon.
B. Upacara Maulud Nabi Muhammad Saw
Upacara ini
adalah merupakan upacara keagamaan. Maulud Nabi Muhammad SAW adalah peringatan
hari lahirnya Nabi Besar Muhammad SAW dimana sejumlah masyarakat berkumpul
berdatangan dari berbagai daerah di luar Kota Cirebon untuk mengikuti upacara
tersebut. Setelah selesai upacara dilanjutkan dengan ziarah ke makam para wali
dan kramat-kramat lainnya, baik dari masyarakat Cirebon maupun masyarakat dari
luar daerah. Di tiap daerah pun diadakan peringatan Maulud Nabi Muhammad Saw,
dengan cara pengajian dan pembacaan solawat kepada Nabi Muhammad Saw disertai
ceramah keagamaan.
C. Upacara Adat Nyalawean
Upacara
Nyalawean merupakan upacara keagamaan untuk memperingati hari lahirnya Nabi
besar Muhammad SAW yang diselenggarakan di alun-alun desa Trusmi , Kabupaten
Cirebon selama 5 hari. Upacara ini dilaksanakan 12 hari setelah peringatan yang
sama di keraton Cirebon. Selain dilaksanakannya upacara keagamaan, juga
mengadakan ziarah ke makam para leluhur orang Trusmi agar memperoleh rahmat,
kesejahteraan serta kebahagiaan.
D. Upacara Peringatan Isro Mi’raj
Di setiap
daerah di Jawa Barat khususnya bagi umat Islam, setiap tanggal 27 bulan Rajab
biasa dilakukan peringatan Isro Mi’raj. Isro yaitu hijrahnya Nabi Muhammad dari
masjidil Haram Mekah ke mesjidil Aqso. Sedangkan Mi’raj adalah peristiwa
naiknya Nabi Muhammad ke langit ke tujuh dan diberikannya wahyu untuk
melaksanakan sholat 5 waktu sehari. Pada pelaksanaan peringatan Isra Miraj
biasa diadakan pengajian, pembacaan solawat dan ceramah keagamaan. Hal ini
dimaksudkan agar manusia dalam menjalankan hidupnya harudisertai dengan
peningkatan ibadah terhadap Allah SWT. Seusai kegiatan tersebut biasa diadakan
makan nasi tumpeng bersama.
E. Upacara Lebaran 1 Syawal
Setelah puasa
satu bulan penuh di bulan Ramadhan, pada tanggal 1 Syawal merupakan hari raya
Idul fitri atau hari lebaran, yaitu hari dimana umat Islam merayakan hari yang
penuh kesucian dan kebebasan, bebas dari puasa dan bebas dari dosa. Pagi hari
setelah solat subuh, umat Islam yang merayakan Lebaran solat berjamaah di
lapangan atau di mesjid, mendengarkan ceramah dan berdo’a. Setelah itu
bersalaman saling memaafkan. Begitu pula sesampainya di rumah diadakan upacara
sungkeman, orang tua duduk berdampingan, anak-anaknya sungkem bersalaman saling
memaafkan antara anggota keluarga. Setelah itu makan bersama yaitu makan khas
Lebaran “ketupat” beserta lauk-pauk dan makanan lainnya khas lebaran.
Selanjutnya mereka dengan baju barunya pergi ke tetangga dan kerabat untuk
bersilaturahmi saling memaafkan sambil membawa makanan atau hadiah lainnya. Ada
juga yang berziarah terlebih dahulu ke makam keluarga untuk mendo’akan para
arwah. Masyarakat Sunda umumnya melaksanakan lebaran ini dengan penuh hikmah
dan semangat.
1.
Kujang
Kujang yang merupakan barang seni dan dipakai hiasan,
upacara adat dll. Kujang ini dibuat dengan berbagai material. Untuk core/ inti
kujang menggunakan baja dan nikel, sehingga ketika dicampurkan dan dibentuk kujang,
akan menghasilkan motif yang sangat indah seperti motif batik. Kujang ini juga
mengadopsi bentuk Ciung 5. Ciung adalah nama burung yang sangat indah dan 5
adalah cerminan dari mata/ lubang yang terdapat dalam kujang ini.A. CANDI
Di
Jawa Barat:
* Candi Cangkuang
(Garut)
* Candi Jiwa (Kerawang)
* Situs Batujaya (Kerawang)
* Situs Karangkamulyan
(Ciamis)
* Candi Bojongmenje (Bandung)
B. Wilayah Peninggalan Sosial di Jawa
Barat
1. Temua fauna purba serta sisa-sisa
budaya masa prasejarah, antar lain :
* Pasir Cabe, Subang
* Baribis, Majalengka
* Lambaksari, Ciamis
* Karangnunggal,
Tasikmalaya
2. Situs berupa Gua –
gua
* Gua Lalay
* Gua Goong
* Gua Donan
* Gua Ageung
* Gua Parat
* Gua Panjang
*Gua Kurung Badak
* Gua Dompet
* Gua Sapi
* Gua Karang Bolong
* Gua Panggung
*Gua Sumur Mudal
* Gua Lanang
* Gua Batu hiu
* Gua green canyon
* Gua Ciraten
* Gua Walet
3. Situs
Karangkamulyan adalah sebuah situs purbakala bersejarah dan situs arkeologi yang
terletak di desa karangkamulya, Cijeungjing, Ciamis, Jawa Barat, Indonesia.
Situs ini merupakan peninggalan dari zaman kerajaan galuh yang bercorak
Hindu-Buddha. Legenda situs Karangkamulyan berkisah tentang ciung wanara yang
berhubungan dengan kerajaan galuh. Cerita ini banyak dibumbui dengan kisah
kepahlawanan yang luar bisa seperti kesaktian dan keperkasaan yang tidak
dimiliki oleh orang biasa namun dimiliki oleh ciung Wanara.
4. Situs Purbakala Cipari merupakan
situs peninggalan era megalitikum dari masyarakat yang hidup di daratan sunda
besar (mencakup sumatra, jawa, dan kalimantan serta laut yang menghubungkan
ketika pada masa purba, sekitar 10.000 tahun yang lalu).
5. Teologi Naskah Kuno
Naskah – naskah sunda kuno adalah
naskah yang dibuat di wilayah sunda (Jawa Barat) yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat sunda pada masa lalu. Naskah – naskah tersebut antara lain
:
a. Amanat Galunggung
b. Sewaka Darma
c. Sanghyang Siksa Kandang
Karsian
Adapun pada umumnya bentuk rumah
panggung ini memiliki fungsi dan tata ruang yang sama namun apabila dilihat
dari bentuk atap dan pintu masuknya memiliki nama yang berbeda, diantaranya :
A. Bentuk atap
:
1. Julang ngapak (burung yang
sedang mengepakkan sayap).
Bentuk atap julang ngapak adalah bentuk atap yang
melebar dikedua sisi bidang atapnya, jika dilihat dari arah muka rumahnya
bentuk atap demikian menyerupai sayap burung julang yang sedang mengepakkan
sayapnya. Pada puncak atap terdapat capit hurang atau cagak gunting yang berfungsi
secara teknis untuk mencegah air merembes ke dalam dan sebagai lambang kesatuan
antar rumah dengan alam jagat raya berdasarkan masyarakat orang Sunda, penutup
atap dibuat dari daun alang-alang (tepus) atau rumbia dan ijuk yang diikat
dengan tali dari bambu (apus) ke bagian atas dari rangka atap. Bentuk-bentuk
atap demikian dapat dijumpai di kabupaten Tasikmalaya (kampung Naga) dan
Kampung Dukuh, Kuningan dan tempat-tempat lain di Jawa Barat. Salah satu gedung
yang menggunakan model atap julang ngapak adalah Gedung Institut Teknologi
Bandung (ITB) di Bandung.
2. Togog
Anjing (sikap anjing yang sedang duduk)
Bentuk rumah tagog anjing menyerupai anjing yang
sedang duduk. Bentuk atap ini memiliki dua bidang atap yang berbatasan pada
garis batang suhunan (segi tiga atap), bidang atap bagian depan lebih lebar
dibanding dengan bidang atap bagian belakang atau bidang lainnya, serta
merupakan penutup ruangan, sedangkan atap lainnya yang sempit memiliki sepasang
sisi yang sama panjang dengan batang suhunan bahkan batang suhunan itu
merupakan puncaknya, pasangan sisi (tepi) bidang sebelah depan sangat pendek
bila dibandingkan dengan panjang sisi bidangsebelah belakang suhunan. Bentuk
atap rumah tagog anjing ini pada saat sekarang banyak ditemui di rumah adat Kampung
Dukuh Kabupaten Garut dan tempat-tempat peristirahatan, bungalow maupun hotel.
3. Badak Heuay
(sikap badak yang sedang menguap)
Bentuk rumah dengan model atap badak heuay sangat
mirip dengan atap tagog anjing. Perbedaanya hanya pad bidang atap belakang,
bidang atap ini langsung lurus ke atas melewati batang suhunan sedikit, bidang
atap yang melewati suhunan ini dinamakan rambu. Daerah-daerah di Jawa Barat masih banyak
ditemukan pemukiman penduduk yang masih menggunakan bahan tradisional dengan
bentuk atap badak heuay salah satunya didaerah Sukabumi.
4. Jolopong
(terkulai)
Suhunan
jolopong dikenal juga dengan sebutan suhunan panjang, di kecamatan Tomo
Kabupaten Sumedang pada era tahun 30 an atap ini disebut dengan suhunan Jepang.
Jolopong adalah istilah Sunda artinya tergolek lurus, bentuk jolopong merupakan
bentuk yang cukup tua sekali karena bentuk ini terdapat pada bentuk atap saung
(dangau). Bentuk jolopong memiliki dua bidang atap saja, kedua bidang atap ini
dipisahkan oleh jalur suhunan ditengah bangunan rumah. Kebalikan jalur suhunan
itu sendiri merupakan sisi yang sama atau rangkap dari kedua bidang atap.
Batang suhunan sama panjangnya dan sejajar dengan kedua sisi bawah bidang atap
yang bersebelahan. Sedangkan pasang sisi lainnya lebih pendek dibanding dengan
suhunan dan memotong tegak lurus kedua ujung suhunan itu, dengan demikian di
kedua bidang atap itu berwujud dua buah bentukan persegi panjang. Sisi-sisinya
bertemu pada kedua ujung suhunan. Pada tiap ujung batang suhunan, kedua sisa
atap pendek membentuk sudut pundak dan apabila kedua ujung bawah kaki itu
dihubungkan dengan suatu garis imajiner akan terwujudlah segitiga sama kaki
Bentuk rumah semacam ini dapat dijumpai di Kampung Dukuh Kabupaten Garut.
5. Parahu
Kumureb (perahu tengkurap)
Bentuk atap ini memiliki empat buah bidang atap,
sepasang bidang atap sama luasnya, bentuk trapesium sama kaki, kedua bidang
atap lainnya berbentuk segitiga sama kaki dengan kedua titik ujung suhunan
merupakan titik-titik puncak segitiga itu. Kaki-kakinya merupakan sisi bersama
dengan kedua bidang atap trapesium. Pada bentuk ini memiliki dua jure atau
batang kayu yang menghubungkan satu diantara ujung batang kepada kedua sudut
rumah, secara landai sehingga terbentuknya satu bidang atap segitiga. Sisi
bidang atap segitiga inilah yang dijadikan sebagai sebagian depan rumah. Bila
dilihat bentuk atap parahu kumureb ini dari samping mirip dengan jubleg
(lesung) yang nangkub (telungkup). Bentuk rumah seperti ini dapat dijumpai di
Kampung Kuta Kabupaten Ciamis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar