Senin, 06 Oktober 2014


UPACARA ADAT KEAGAMAAN

A. Upacara Ngirab/Rebo Wekasan

Upacara ini ditandai dengan berziarahnya masyarakat setempat ke makam Sunan Kalijaga, yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar, karena waktu tersebut dianggap hari yang paling baik untuk menghilangkan bencana dan kemalangan dalam hidup manusia. Setelah upacara selesai, dilanjutkan dengan berbagai pertandingan seperti lomba mendayung dan sebagainya. Upacara ini biasa dilaksanakan di sungai Drajat, Kota Cirebon.

B. Upacara Maulud Nabi Muhammad Saw

Upacara ini adalah merupakan upacara keagamaan. Maulud Nabi Muhammad SAW adalah peringatan hari lahirnya Nabi Besar Muhammad SAW dimana sejumlah masyarakat berkumpul berdatangan dari berbagai daerah di luar Kota Cirebon untuk mengikuti upacara tersebut. Setelah selesai upacara dilanjutkan dengan ziarah ke makam para wali dan kramat-kramat lainnya, baik dari masyarakat Cirebon maupun masyarakat dari luar daerah. Di tiap daerah pun diadakan peringatan Maulud Nabi Muhammad Saw, dengan cara pengajian dan pembacaan solawat kepada Nabi Muhammad Saw disertai ceramah keagamaan.
 
C. Upacara Adat Nyalawean

Upacara Nyalawean merupakan upacara keagamaan untuk memperingati hari lahirnya Nabi besar Muhammad SAW yang diselenggarakan di alun-alun desa Trusmi , Kabupaten Cirebon selama 5 hari. Upacara ini dilaksanakan 12 hari setelah peringatan yang sama di keraton Cirebon. Selain dilaksanakannya upacara keagamaan, juga mengadakan ziarah ke makam para leluhur orang Trusmi agar memperoleh rahmat, kesejahteraan serta kebahagiaan.
 
D. Upacara Peringatan Isro Mi’raj

Di setiap daerah di Jawa Barat khususnya bagi umat Islam, setiap tanggal 27 bulan Rajab biasa dilakukan peringatan Isro Mi’raj. Isro yaitu hijrahnya Nabi Muhammad dari masjidil Haram Mekah ke mesjidil Aqso. Sedangkan Mi’raj adalah peristiwa naiknya Nabi Muhammad ke langit ke tujuh dan diberikannya wahyu untuk melaksanakan sholat 5 waktu sehari. Pada pelaksanaan peringatan Isra Miraj biasa diadakan pengajian, pembacaan solawat dan ceramah keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar manusia dalam menjalankan hidupnya harudisertai dengan peningkatan ibadah terhadap Allah SWT. Seusai kegiatan tersebut biasa diadakan makan nasi tumpeng bersama.

E. Upacara Lebaran 1 Syawal

Setelah puasa satu bulan penuh di bulan Ramadhan, pada tanggal 1 Syawal merupakan hari raya Idul fitri atau hari lebaran, yaitu hari dimana umat Islam merayakan hari yang penuh kesucian dan kebebasan, bebas dari puasa dan bebas dari dosa. Pagi hari setelah solat subuh, umat Islam yang merayakan Lebaran solat berjamaah di lapangan atau di mesjid, mendengarkan ceramah dan berdo’a. Setelah itu bersalaman saling memaafkan. Begitu pula sesampainya di rumah diadakan upacara sungkeman, orang tua duduk berdampingan, anak-anaknya sungkem bersalaman saling memaafkan antara anggota keluarga. Setelah itu makan bersama yaitu makan khas Lebaran “ketupat” beserta lauk-pauk dan makanan lainnya khas lebaran. Selanjutnya mereka dengan baju barunya pergi ke tetangga dan kerabat untuk bersilaturahmi saling memaafkan sambil membawa makanan atau hadiah lainnya. Ada juga yang berziarah terlebih dahulu ke makam keluarga untuk mendo’akan para arwah. Masyarakat Sunda umumnya melaksanakan lebaran ini dengan penuh hikmah dan semangat.
 
Peninggalan khas dari Jawa Barat

 



1.       Kujang
Kujang yang merupakan barang seni dan dipakai hiasan, upacara adat dll. Kujang ini dibuat dengan berbagai material. Untuk core/ inti kujang menggunakan baja dan nikel, sehingga ketika dicampurkan dan dibentuk kujang, akan menghasilkan motif yang sangat indah seperti motif batik. Kujang ini juga mengadopsi bentuk Ciung 5. Ciung adalah nama burung yang sangat indah dan 5 adalah cerminan dari mata/ lubang yang terdapat dalam kujang ini.

A. CANDI


Di Jawa Barat:

* Candi Cangkuang (Garut)
 
* Candi Jiwa (Kerawang)

* Situs Batujaya (Kerawang)

* Situs Karangkamulyan (Ciamis)

* Candi Bojongmenje (Bandung)


B. Wilayah Peninggalan Sosial di Jawa Barat

1. Temua fauna purba serta sisa-sisa budaya masa prasejarah, antar lain :

* Pasir Cabe, Subang

* Baribis, Majalengka

* Lambaksari, Ciamis

* Karangnunggal, Tasikmalaya

2. Situs berupa Gua – gua

* Gua Lalay

* Gua Goong

* Gua Donan

* Gua Ageung 

* Gua Parat

* Gua Panjang

*Gua Kurung Badak

* Gua Dompet

* Gua Sapi

* Gua Karang Bolong

* Gua Panggung

*Gua Sumur Mudal

* Gua Lanang

* Gua Batu hiu

* Gua green canyon

* Gua Ciraten

* Gua Walet

3. Situs Karangkamulyan adalah sebuah situs purbakala bersejarah dan situs arkeologi yang terletak di desa karangkamulya, Cijeungjing, Ciamis, Jawa Barat, Indonesia. Situs ini merupakan peninggalan dari zaman kerajaan galuh yang bercorak Hindu-Buddha. Legenda situs Karangkamulyan berkisah tentang ciung wanara yang berhubungan dengan kerajaan galuh. Cerita ini banyak dibumbui dengan kisah kepahlawanan yang luar bisa seperti kesaktian dan keperkasaan yang tidak dimiliki oleh orang biasa namun dimiliki oleh ciung Wanara. 

  4. Situs Purbakala Cipari merupakan situs peninggalan era megalitikum dari masyarakat yang hidup di daratan sunda besar (mencakup sumatra, jawa, dan kalimantan serta laut yang menghubungkan ketika pada masa purba, sekitar 10.000 tahun yang lalu).

5. Teologi Naskah Kuno

Naskah – naskah sunda kuno adalah naskah yang dibuat di wilayah sunda (Jawa Barat) yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sunda pada masa lalu. Naskah – naskah tersebut antara lain :

a. Amanat Galunggung

b. Sewaka Darma

c. Sanghyang Siksa Kandang Karsian


Adapun pada umumnya bentuk rumah panggung ini memiliki fungsi dan tata ruang yang sama namun apabila dilihat dari bentuk atap dan pintu masuknya memiliki nama yang berbeda, diantaranya :

A. Bentuk atap :

1. Julang ngapak (burung yang sedang mengepakkan sayap).
Bentuk atap julang ngapak adalah bentuk atap yang melebar dikedua sisi bidang atapnya, jika dilihat dari arah muka rumahnya bentuk atap demikian menyerupai sayap burung julang yang sedang mengepakkan sayapnya. Pada puncak atap terdapat capit hurang atau cagak gunting yang berfungsi secara teknis untuk mencegah air merembes ke dalam dan sebagai lambang kesatuan antar rumah dengan alam jagat raya berdasarkan masyarakat orang Sunda, penutup atap dibuat dari daun alang-alang (tepus) atau rumbia dan ijuk yang diikat dengan tali dari bambu (apus) ke bagian atas dari rangka atap. Bentuk-bentuk atap demikian dapat dijumpai di kabupaten Tasikmalaya (kampung Naga) dan Kampung Dukuh, Kuningan dan tempat-tempat lain di Jawa Barat. Salah satu gedung yang menggunakan model atap julang ngapak adalah Gedung Institut Teknologi Bandung (ITB) di Bandung.
 


2. Togog Anjing (sikap anjing yang sedang duduk)
Bentuk rumah tagog anjing menyerupai anjing yang sedang duduk. Bentuk atap ini memiliki dua bidang atap yang berbatasan pada garis batang suhunan (segi tiga atap), bidang atap bagian depan lebih lebar dibanding dengan bidang atap bagian belakang atau bidang lainnya, serta merupakan penutup ruangan, sedangkan atap lainnya yang sempit memiliki sepasang sisi yang sama panjang dengan batang suhunan bahkan batang suhunan itu merupakan puncaknya, pasangan sisi (tepi) bidang sebelah depan sangat pendek bila dibandingkan dengan panjang sisi bidangsebelah belakang suhunan. Bentuk atap rumah tagog anjing ini pada saat sekarang banyak ditemui di rumah adat Kampung Dukuh Kabupaten Garut dan tempat-tempat peristirahatan, bungalow maupun hotel.
 
 
3. Badak Heuay (sikap badak yang sedang menguap)
Bentuk rumah dengan model atap badak heuay sangat mirip dengan atap tagog anjing. Perbedaanya hanya pad bidang atap belakang, bidang atap ini langsung lurus ke atas melewati batang suhunan sedikit, bidang atap yang melewati suhunan ini dinamakan rambu. Daerah-daerah di Jawa Barat masih banyak ditemukan pemukiman penduduk yang masih menggunakan bahan tradisional dengan bentuk atap badak heuay salah satunya didaerah Sukabumi.
 
4. Jolopong (terkulai)
Suhunan jolopong dikenal juga dengan sebutan suhunan panjang, di kecamatan Tomo Kabupaten Sumedang pada era tahun 30 an atap ini disebut dengan suhunan Jepang. Jolopong adalah istilah Sunda artinya tergolek lurus, bentuk jolopong merupakan bentuk yang cukup tua sekali karena bentuk ini terdapat pada bentuk atap saung (dangau). Bentuk jolopong memiliki dua bidang atap saja, kedua bidang atap ini dipisahkan oleh jalur suhunan ditengah bangunan rumah. Kebalikan jalur suhunan itu sendiri merupakan sisi yang sama atau rangkap dari kedua bidang atap. Batang suhunan sama panjangnya dan sejajar dengan kedua sisi bawah bidang atap yang bersebelahan. Sedangkan pasang sisi lainnya lebih pendek dibanding dengan suhunan dan memotong tegak lurus kedua ujung suhunan itu, dengan demikian di kedua bidang atap itu berwujud dua buah bentukan persegi panjang. Sisi-sisinya bertemu pada kedua ujung suhunan. Pada tiap ujung batang suhunan, kedua sisa atap pendek membentuk sudut pundak dan apabila kedua ujung bawah kaki itu dihubungkan dengan suatu garis imajiner akan terwujudlah segitiga sama kaki Bentuk rumah semacam ini dapat dijumpai di Kampung Dukuh Kabupaten Garut.
 
 
5. Parahu Kumureb (perahu tengkurap)
Bentuk atap ini memiliki empat buah bidang atap, sepasang bidang atap sama luasnya, bentuk trapesium sama kaki, kedua bidang atap lainnya berbentuk segitiga sama kaki dengan kedua titik ujung suhunan merupakan titik-titik puncak segitiga itu. Kaki-kakinya merupakan sisi bersama dengan kedua bidang atap trapesium. Pada bentuk ini memiliki dua jure atau batang kayu yang menghubungkan satu diantara ujung batang kepada kedua sudut rumah, secara landai sehingga terbentuknya satu bidang atap segitiga. Sisi bidang atap segitiga inilah yang dijadikan sebagai sebagian depan rumah. Bila dilihat bentuk atap parahu kumureb ini dari samping mirip dengan jubleg (lesung) yang nangkub (telungkup). Bentuk rumah seperti ini dapat dijumpai di Kampung Kuta Kabupaten Ciamis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar